Makalah Tentang Musik Tradisional
Tugas
Seni Musik
Dibuat oleh : Restu Dwi Cahyo
Kelas 7F
Alat Musik Kolintang atau
juga biasa disebut dengan sebutankulintang. Kata Kolintang
sendiri sebenarnya berasal
dari bunyi yang dihasilkan oleh alat musik tersebut yakni Tong pada saat nada
rendah, Ting waktu nada tinggi dan Tang ketika mengeluarkan nada tengah.
Pada zaman dulu masyarakat minahasa ketika ingin mengajak orang untuk
memainkan kolintang mereka mereka mengucapkan “Ayo kita ber TongTingTang” yang kalau dalam bahasa minahasa “Maimo Kumolintang“. Nah dari kebiasaan itulah sehingga
alat musik tersebut diberi nama ”KOLINTANG”
Kolintang Tercatat dalam Buku Rekor Dunia
Kolintang, alat musik merdu yang tumbuh dan berkembang
di Minahasa, Sulawesi Utara tersebut, berhasil dicatatkan ke dalam buku rekor
dunia, The Guiness Book World of Records. Pada hari Sabtu (31/10.2009) lalu,
musik kolintang beserta musik bambu lainnya dimainkan secara massal oleh lebih
dari 3000 orang di Stadion Maesa, Tondano, Sulawesi Utara. Selain pertunjukan
musik massal, juga dipamerkan perangkat kolintang dan musik bambu yang
berukuran raksasa.
Sertifikat
pengakuan dari Guiness World Records (GWR) diserahkan oleh perwakilan lembaga
tersebut, Lucia Sinigagliesi, kepada penyelenggara acara, Benny J Mamoto,
Direktur Institut Seni Budaya Sulawesi Utara. Sertifikat selanjutnya diserahkan
kepada Bupati Minahasa, Vreeke Runtu. Di dalam acara tersebut, Lucia
Sinigagliesi mengungkapkan, hasil penelitian tim GWR yang berkantor di London,
Inggris, menunjukkan bahwa instrumen, melodi, dan irama kolintang dan musik
bambu di Indonesia belum ada yang menyamai di dunia. GWR mencatat kolintang dan
musik bambu sebagai wujud seni tradisi yang menakjubkan dunia.
Sejarah Alat Musik Kolintang
Pada
mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan
berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua
kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti
dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba
dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran
Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan
dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya.
Adapun
pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat
Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah
para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa,
eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali
selama ± 100th.
Sesudah
Perang Dunia II, barulah kolintang muncul kembali yang dipelopori oleh Nelwan
Katuuk (seorang yang menyusun nada kolintang menurut susunan nada musik
universal). Pada mulanya hanya terdiri dari satu Melody dengan susunan nada
diatonis, dengan jarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat
“string” seperti gitar, ukulele dan stringbas.
Tahun
1954 kolintang sudah dibuat 2 ½ oktaf (masih diatonis). Pada tahun
1960 sudah mencapai 3 ½ oktaf dengan nada 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar
nada masih terbatas pada tiga kunci (Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak
nada 4 ½ oktaf dari F s./d. C. Dan pengembangan musik kolintang tetap
berlangsung baik kualitas alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator
(untuk memperbaiki suara), maupun penampilan.
Saat
ini Kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 (enam) oktaf dengan
chromatisch penuh.
Cara Memainkan
Kolintang dan Peralatannya
Setiap
alat memiliki nama yang lazim dikenal. Nama atau istilah peralatan Musik
kolintang selain menggunakan bahasa tersebut diatas juga memiliki nama dengan
menggunakan bahasa Minahasa, dan untuk disebut lengkap alat alat tersebut
berjumlah 9 buah. Tetapi untuk kalangan professional, cukup 6 buah alat sudah
dapat memainkan secara lengkap. Kelengkapan alat tersebut sebagai berikut:
B
=> Bas = Loway
C =>
Cello = Cella
T
=> Tenor 1 = Karua, Tenor 2 = Karua rua
A=>
Alto 1 = Uner, Alto 2 = Uner rua
U
=> Ukulele/Alto 3 = Katelu
M
=> Melody 1 = Ina esa, Melody 2 = Ina rua, Melody 3 =
Ina taweng
Melodi Kolintang
Fungsi
pembawa lagu, dapat disamakan dengan melody gitar, biola, xylophone, atau
vibraphone. Hanya saja dikarenakan suaranya kurang panjang, maka pada nada yang
dinginkan; harus ditahan dengan cara menggetarkan pemukulnya( rall). Biasanya
menggunakan dua pemukul, maka salah satu melody pokok yang lain kombinasinya
sama dengan orang menyanyi duet atau trio (jika memakai tiga pemukul). Bila ada
dua melody, maka dapat digunakan bersama agar suaranya lebih kuat. Dengan
begitu dapat mengimbangi pengiring (terutama untuk Set Lengkap) atau bisa juga
dimainkan dengan cara memukul nada yang sama tetapi dengan oktaf yang berbeda.
Atau salah satu melody memainkan pokok lagu, yang satunya lagi improvisasi.
CELLO
Bersama
melody dapat disamakan dengan piano, yaitu; tangan kanan pada piano diganti
dengan melody, tangan kiki pada piano diganti dengan cello. Tangan kiri pada
cello memegang pemukul no.1 berfungsi sebagai bas, sedangkan tangan kanan
berfungsi pengiring (pemukul no.2 dan no.3). Maka dari itu alat ini sering disebut
dengan Contra Bas. Jika dimainkan pada fungsi cello pada orkes keroncong, akan
lebih mudah bila memakai dua pemukul saja. Sebab fungsi pemukul no.2 dan no.3
sudah ada pada tenor maupun alto.
TENOR I & ALTO I
Keenam
buah pemukul dapat disamakan dengan enam senar gitar.
ALTO II & BANJO
Sebagai
ukulele dan “cuk” pada orkes keroncong.
ALTO III (UKULELE)
Pada
kolintang, alat ini sebagai ‘cimbal’, karena bernada tinggi. Maka pemukul alto
III akan lebih baik jika tidak berkaret asal dimainkan dengan halus agar tidak
menutupi suara melody (lihat petunjuk pemakaian bass dan melody contra).
TENOR II (GITAR)
Sama
dengan tenor I, untuk memperkuat pengiring bernada rendah.
BASS
Alat
ini berukuran paling besar dan menghasilkan suara yang paling rendah.
SUSUNAN ALAT
Lengkap
(9 pemain) :
Melody
– Depan tengah
Bass
- Belakang kiri
Cello
- Belakang kanan
Alat
yang lain tergantung lebar panggung (2 atau 3 baris) dengan memperhatikan
fungsi alat (Tenor & Alto).
NADA NADA DASAR
Nada
nada dalam alat kolintang sebagai berikut:
C = 1 3 5 Cm = 1 2 5
D = 2 4 6 Dm = 2 4 6
E = 3 5 7 Em = 3 5 7
F = 4 6 1 Fm = 4 5 1
G = 5 7 2 Gm = 5 6 2
A = 6 1 3 Am = 6 1 3
B = 7 2 4 Bm = 7 2 4
Sedangkan
chord lain, yang merupakan pengembangan dari chord tersebut diatas, seperti C7 = 1 3 5 6,
artinya nada do diturunkan 1
nada maka menjadi le . Sehingga saat
membunyikan 3 bilah dan terdengar unsur bunyi nada ke 7 dalam chord
C, maka chord tersebut menjadi chord C7. Demikian pula dengan
chord yang lain.
CARA MEMEGANG PEMUKUL/ STICK KOLINTANG
Memegang
Pemukul Kolintang, memang tidak memiliki ketentuan yang baku, tergantung
dari kebiasaan dan kenyamanan tangan terhadap stik. Tetapi umumnya memegang
stick kolintang dilakukan dengan cara :
No.
1 Selalu di tangan kiri
No.
2 Di tangan kanan (antara ibu jari dengan telunjuk)
No.
3 Di tangan kanan (antara jari tengah dengan jari manis) – agar pemukul no.2
dapat digerakkan dengan bebas mendekat dan menjauh dari no.3, sesuai dengan
accord yang diinginkan. Dan cara memukul dan disesuaikan dengan ketukan dan
irama yang diinginkan, dan setiap alat memiliki, ciri tertentu sesuai fungsi
didalam mengiringi suatu lagu. Pada alat Bass dan alat Melody umumnya hanya
menggunakan 2 stick, sehingga lebih mudah dan nyaman pada tangan.
(
Nomor nomor tersebut diatas telah tertera disetiap pangkal pemukul stick masing
masing alat kolintang)
Teknik Dasar memainkan stick pada bilah
kolintang sesuai alat dan jenis irama
Dari
sekian banyak irama dan juga lagu yang ada, beberapa lagu sebagai panduan untuk
memainkan alat musik kolintang disertakan dalam materi ini. Seperti:
- Sarinande
- Lapapaja
- Halo halo Bandung
- Besame Mucho
Lagu
lagu tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda baik chord dan irama.
Lagu lagu tersebut telah dilengkapi dengan partitur serta chord/ accord untuk
memudahkan memahami alat musik kolintang.
Demikian
pula dengan teknik memukulkan stick pada bilah kolintang. Karena sesuai irama
yang beraneka ragam, maka untuk menghasilkan irama tertentu maka teknik
memukulkan stik pada tiap alat pun berbeda beda. Pada materi ini, diberikan
teknik teknik dasar cara memukulkan stick pada kolintang. Untuk dapat memahami
teknik, dibutuhkan pengetahuan akan harga dan jumlah ketukan dalam setiap bar
nada. Dan berbekal pengetahuan dasar dasar bermain kolintang ini saja, ditambah
dengan bakat individu, maka grup/ kelompok musik kolintang telah dapat
memainkan berbagai jenis lagu dengan tingkat kesulitan yang variatif secara
spontan.
Daftar Nama
Lagu Daerah Musik Tradisional Khas Budaya Nasional - Kebudayaan Nusantara
Indonesia
Lagu Ampar-Ampar Pisang berasal dari daerah / provinsi
Kalimantan Selatan
Lagu Anak Kambing Saya berasal dari daerah / provinsi NTT
Lagu Angin Mamiri berasal dari daerah / provinsi Sulawesi
Selatan
Lagu Anju Ahu berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Apuse berasal dari daerah / provinsi Papua
Lagu Ayam Den Lapeh berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Barat
Lagu Barek Solok berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Barat
Lagu Batanghari berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Bolelebo berasal dari daerah / provinsi Nusa Tenggara
Barat
Lagu Bubuy Bulan berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Bungong Jeumpa berasal dari daerah / provinsi NAD
Lagu Burung Tantina berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Butet berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Cik-Cik Periuk berasal dari daerah / provinsi
Kalimantan Barat
Lagu Cing Cangkeling berasal dari daerah / provinsi Jawa
Barat
Lagu Dago Inang Sarge berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Utara
Lagu Dayung Palinggam berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Barat
Lagu Dek Sangke berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Selatan
Lagu Desaku berasal dari daerah / provinsi NTT
Lagu Esa Mokan berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara
Lagu Gambang Suling berasal dari daerah / provinsi Jawa
Tengah
Lagu Gek Kepriye berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Goro-Gorone berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Gundul Pacul berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Haleleu Ala De Teang berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Fluhatee berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu llir-llir berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Indung-Indung berasal dari daerah / provinsi Kalimantan
Timur
Lagu Injit-Injit Semut berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Jali-Jali berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Jamuran berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah
Lagu Kabile-bile berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Selatan
Lagu Kalayar berasal dari daerah / provinsi Kalimatan Tengah
Lagu Kambanglah Bungo berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Barat
Lagu Kampung nan Jauh Di Mato berasal dari daerah / provinsi
Sumatra Barat
Lagu Ka Parak Tingga berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Barat
Lagu Keraban Sape berasal dari daerah / provinsi Jawa Timur
Lagu Keroncong Kemayoran berasal dari daerah / provinsi DKI
Jakarta
Lagu Kicir-Kicir berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Kole-Kole berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Lalan Belek berasal dari daerah / provinsi Bengkulu
Lagu Lembah Alas berasal dari daerah / provinsi NAD
Lagu Lipang Lipangdang berasal dari daerah / provinsi
Lampung
Lagu Lisoi berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Macep-cepetan berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Madedek Magambiri berasal dari daerah / provinsi
Sumatra Utara
Lagu Malam Baiko berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Barat
Lagu Mande-Mande berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Manuk Dadali berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Ma Rencong berasal dari daerah / provinsi Sulawesi
Selatan
Lagu Mejangeran berasal dari daerah / provinsi Baii
Lagu Meriam Tomong berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Utara
Lagu Meyong-Meyong berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Moree berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Na Sonang Dohita Nadua berasal dari daerah / provinsi
Sumatra Utara
Lagu Ngusak Asik berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Nuluya berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Tengah
Lagu 0 Ina Ni Keke berasal dari daerah / provinsi Sulawesi
Utara
Lagu Ole Sioh berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu 0 Re Re berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Orlen-Orlen berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu 0 Ulate berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Pai Mura Rame berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Pakarena berasal dari daerah / provinsi Sulawesi
Selatan
Lagu Palu Lempong Pupoi berasal dari daerah / provinsi
Kalimantan Tengah
Lagu Panon Hideung berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Paris Barantai berasal dari daerah / provinsi
Kalimantan Selatan
Lagu Peia Tawa-Tawa berasal dari daerah / provinsi Sulawesi
Tenggara
Lagu Pileuleuyan berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Pinang Muda berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Pitik Tukung berasal dari daerah / provinsi DI
Yogyakarta
Lagu Potong Bebek berasal dari daerah / provinsi NTT
Lagu Putri Ayu berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Rambadia berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara
Lagu Rang Talu berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat
Lagu Rasa Sayang-Sayange berasal dari daerah / provinsi
Maluku
Lagu Ratu Anom berasal dari daerah / provinsi Bali
Lagu Saputanga Bapuncu Ampat berasal dari daerah / provinsi
Kalimantan Selatan
Lagu Sarinande berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Selendang Mayang berasal dari daerah / provinsi Jambi
Lagu Sengko-Sengko berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Utara
Lagu Sepakat Segenap berasal dari daerah / provinsi DI Aceh
Lagu Sinanggar Tulo berasal dari daerah / provinsi Sumatera
Utara
Lagu Sing Sing So berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Utara
Lagu Sinom berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta
Lagu Sipatokahan berasal dari daerah / provinsi Sulawesi
Utara
Lagu Sitara Tillo berasal dari daerah / provinsi Sulawesi
Utara
Lagu Soleram berasal dari daerah / provinsi Riau
Lagu Surilang berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta
Lagu Suwe Ora Jamu berasal dari daerah / provinsi DI
Yogyakarta
Lagu Tahanusangkara berasal dari daerah / provinsi Sulawesi
Utara
Lagu Tanduk Majeng berasal dari daerah / provinsi Jawa Timur
Lagu Tanase berasal dari daerah / provinsi Maluku
Lagu Tari Tanggai berasal dari daerah / provinsi Sumatra
Selatan
Lagu Tebe O Nana berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Tekate Dipanah berasal dari daerah / provinsi DI
Yogyakarta
Lagu Tokecang berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat
Lagu Tondok Kadindangku berasal dari daerah / provinsi
Sulawesi Tengah
Lagu Tope Gugu berasal dari daerah / provinsi SulawesiTengah
Lagu Tumpi Wayu berasal dari daerah / provinsi
KalimantanTengah
Lagu Tutu Koda berasal dari daerah / provinsi NTB
Lagu Yamko Rambe Yamko berasal dari daerah / provinsi Papua
Nama Alat Musik Tradisional Khas Daerah Adat Budaya Nasional
- Kebudayaan Nusantara Indonesia
1. Provinsi DI Aceh / Nanggro Aceh Darussalam / NAD
Alat Musik Tradisional : TT
2. Provinsi Sumatera Utara / Sumut
Alat Musik Tradisional : Aramba, Doli-doli, Druri dana,
Faritia, Garantung, Gonrang, Hapetan,
3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar
Alat Musik Tradisional : Saluang, Talempong Pacik
4. Provinsi Riau
Alat Musik Tradisional : TT
5. Provinsi Jambi
Alat Musik Tradisional : TT
6. Provinsi Sumatera Selatan / Sumsel
Alat Musik Tradisional : TT
7. Provinsi Lampung
Alat Musik Tradisional : TT
8. Provinsi Bengkulu
Alat Musik Tradisional : TT
9. Provinsi DKI Jakarta
Alat Musik Tradisional : TT
10. Provinsi Jawa Barat / Jabar
Alat Musik Tradisional : Arumba, Calung, Dod-dog, Gamelan
Sunda, Angklung, Rebab, Siter / Celempung
11. Provinsi Jawa Tengah / Jateng
Alat Musik Tradisional : Gamelan Jawa, Siter / Celempung
12. Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta
Alat Musik Tradisional : TT
13. Provinsi Jawa Timur / Jatim
Alat Musik Tradisional : TT
14. Provinsi Bali
Alat Musik Tradisional : Gamelan Bali
15. Provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB
Alat Musik Tradisional : Cungklik
16. Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT
Alat Musik Tradisional : Foi Mere, Sasando, Keloko
17. Provinsi Kalimantan Barat / Kalbar
Alat Musik Tradisional : TT
18. Provinsi Kalimantan Tengah / Kalteng
Alat Musik Tradisional : TT
19. Provinsi Kalimantan Selatan / Kalsel
Alat Musik Tradisional : Babun
20. Provinsi Kalimantan Timur / Kaltim
Alat Musik Tradisional : TT
21. Provinsi Sulawesi Utara / Sulut
Alat Musik Tradisional : TT
22. Provinsi Sulawesi Tengah / Sulteng
Alat Musik Tradisional : TT
23. Provinsi Sulawesi Tenggara / Sultra
Alat Musik Tradisional : TT
24. Provinsi Sulawesi Selatan / Sulsel
Alat Musik Tradisional : Alosu, Anak Becing, Basi-Basi,
Popondi, Keso-Keso, Lembang
25. Provinsi Maluku
Alat Musik Tradisional : Floit, Nafiri, Totobuang, Tifa
26. Provinsi Irian Jaya / Papua
Alat Musik Tradisional : Atowo, Tifa, Fu
27. Provinsi Timor-Timur / Timtim
Alat Musik Tradisional : TT
Lain-Lain :
- Gerdek berasal dari daerah Dayak Kalimantan
- Kere-kere galang berasal dari daerah Goa
- Kinu berasal dari daerah Pulau Roti
- Kolintang berasal dari daerah Minahasa
- Sampek berasal dari daerah Dayak Kalimantan
- Talindo berasal dari daerah Sulawesi
- Kecapi berasal dari daerah Seluruh Nusantara Umumnya di
Jawa
- Kledi berasal dari daerah Kalimantan
- Serunai berasal dari daerah Sumatera
Keterangan Singkatan :
TT = Tidak Tersedia
Keterangan :
Data ini berdasarkan jaman Indonesia masih 27 propinsi
dengan provinsi terakhir masih timor timur. Timor timur kini sudah terpisah
dari NKRI menjadi negara baru yang berdaulat dengan nama Timor Leste.
Alat Musik Tradisional Sumatera Barat
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatra
Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari
setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa
diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa
diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen
alat musik tradisional antara lain :
1. Saluang
Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau,
Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau
talang (Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa
bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran
kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari
golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan
melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm,
dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk
membuat lemang, salah satu makanan tradisional Minangkabau.Pemain saluang
legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan
saluang dengan meniup dan menarik nafas bersamaan, sehingga peniup saluang
dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara
pernafasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini
dinamakan juga sebagai teknik manyisiahkan angok (menyisihkan nafas).Tiap
nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing
nagari memiliki style tersendiri. Contoh dari style itu adalah Singgalang,
Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Style Singgalang dianggap
cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan
pada awal lagu. Style yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah
Solok.
Dahulu, khabarnya pemain saluang ini memiliki mantera
tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan
Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira-kira : Aku malapehkan pitunang
Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik
bidodari di dalam sarugo mandanga buni saluang ambo, kununlah anak sidang
manusia……dst.
2. Bansi
Bentuknya Pendek dan memiliki 7 lubang dan dapat memainkan
lagu-lagu tradisional maupun modern karena memiliki nada standar. Setelah tahu
bentuknya lalu saya coba untuk belajar bansi terlebih dahulu karena mudah, saya
bawakan musik bansi yang ada dalam tari pasambahan, dan lumayan mudah. Untuk
saluang, sampai saat ini masih belajar dengan keras karena saya anggap orang
yang mahir di saluang berarti untuk alat musik tiuplainnya pasti mudah.
Saat ini saluang lah yang saya anggap mempunyai tingkat
kesulitan yang tinggi dalam memainkannya. Hanya orang-orang yang mempunyai
perasaan yang lembut dan menjiwai terhadap apa yang di bunyikannya.
3. Talempong
Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau.
Bentuknya hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari
kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong
dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada
bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang
menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat tangga nada (berbeda-beda).
Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring
yang khas, tari pasambahan, tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan untuk
menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai
dengan tangga pranada DO dan diakhiri dengan SI. Talempong diiringi oleh akor
yang cara memainkanya sama dengan memainkan piano.
4. Rabab
Rabab merupakan kesenian di Minangkabau yang dimainkan dengan
menggesek biola.Dengan rabab ini dapat tersalurkan bakat musik
seseorang.Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai cerita nagari atau
dikenal dengan istilah Kaba.
5. Gandang Tabuik.
Tabuik berbentuk bangunan bertingkat tiga terbuat dari kayu,
rotan, dan bambu dengan tinggi mencapai 10 meter dan berat sekitar 500
kilogram. Bagian bawah Tabuik berbentuk badan seekor kuda besar bersayap lebar
dan berkepala “wanita” cantik berjilbab. Kuda gemuk itu dibuat dari rotan dan
bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya
terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas. Kuda tersebut merupakan simbol
kendaraan Bouraq yang dalam cerita zaman dulu adalah kendaraan yang memiliki
kemampuan terbang secepat kilat. Pada bagian tengah Tabuik berbentuk gapura
petak yang ukurannya makin ke atas makin besar dengan dibalut kain beludru dan
kertas hias aneka warna yang ditempelkan dengan motif ukiran khas Minangkabau.
Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan “bungo salapan” (delapan bunga) berbentuk
payung dengan dasar kertas warna bermotif ukiran atau batik. Pada bagian puncak
Tabuik berbentuk payung besar dibalut kain beludru dan kertas hias yang juga
bermotif ukiran. Di atas payung ditancapkan patung burung merpati putih. Di
kaki Tabuik terdapat empat kayu balok bersilang dengan panjang masing-masing
balok sekitar 10 meter. Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan
“menghoyak” Tabuik yang dilakukan sekitar 50 orang dewasa. Tabuik dibuat oleh
dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang.
Tabuik dibuat di rumah Tabuik secara bersama-sama dengan melibatkan para ahli
budaya dengan biaya mencapai puluhan juta rupiah untuk satu Tabuik.
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari
daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan
struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan
dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan
pergi/merantau.Industri musik di Sumatra Barat semakin berkembang dengan
munculnya seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam
musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatra
Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes Gumarang.
SEJARAH GAMELAN JAWA
Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada
pentatonis, yang terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron,
Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,,
Siter, Suling.Komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu, logam, dan
kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik
gamelan
\\
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “gamel” yang
berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata
benda. Sedangkan istilah gamelan
mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah terciptanya alat musik
ini. Tetapi, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu –
Budha mendominasi Indonesia. Walaupun
pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetap ada beberapa ciri
yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi
pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana.
Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang
Guru pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa,
dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan (sekarang
Gunung Lawu).
Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah
“gong”, yang digunakan untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk
menyampaikan pesan khusus, Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa
peralatan lain seperti dua gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat
gamelan.
Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami
perkembangan yang sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan
tersebar di beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan
di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada
relief-nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang
dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik,
termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan
selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian.
Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para
sinden.
Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan
Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih
lembut apabila dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda
yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian,
perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadap pandangan hidup “orang
jawa” pada umumnya.
Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus
selalu “memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan
dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari
ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar
sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang
sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara
gong pada setiap penutup irama.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses
yang sangat kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu
“sléndro”, “pélog”, ”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa
Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti skala minor
asli yang banyak dipakai di Eropa.
Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan
interval kecil.
Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan
perbedaan interval yang besar.
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan,
yang terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta
melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Gamelan Jawa
GAMELAN JAWA
Gamelan sebenarnya bukan lagi merupakan musik yang asing.
Popularitas Gamelan telah merambah berbagai benua dan bahkan telah banyak
dipakai oleh para musisi untuk memadukan musik modern dengan musik tempo dulu.
Banyak musisi, peneliti atau pun pelajar yang datang ke Indonesia untuk belajar
Gamelan. Mungkin inilah salah satu sebab mengapa Gamelan terpilih sebagai salah
satu musik yang direkam dalam Piringan Emas Voyager pada tahun 1977.
Di Indonesia, Gamelan banyak dijumpai di Jawa, Bali, Madura
dan Lombok. Kita pun bisa mengenal berbagai jenis Gamelan seperti: Gamelan
Jawa, Gamelan Sunda, Gamelan Bali, Gamelan Banyuwangi, dan lain-lain. Meskipun
terdapat berbagai jenis Gamelan, namun diyakini bahwa Gamelan Indonesia berasal
dari satu sumber yang sama. Perbedannya hanya terletak pada teknik / cara
permainan dan alat-alat yang mengiringinya. Contoh: Gamelan Jawa dikenal lebih
lembut dan “slow”, tarikan rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong,
saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama. Sementara
Gamelan Sunda mendayu-dayu dan didominasi oleh suara seruling.Mengingat
keterbatasan referensi penulis, maka dalam tulisan ini penulis hanya akan
membahas tentang Gamelan Jawa.Mudah-mudahan suatu saat nanti penulis akan
memiliki kesempatan untuk menulis tentang Gamelan Sunda, Gamelan Bali atau pun
Gamelan yang lainnya.
SEJARAH GAMELAN JAWA
Pada awal mulanya, Gamelan hanyalah berupa Gong besar.
Kemudian ditambah dengan beberapa buah gong kecil yang disebut Kempul dalam
jumlah yang terbatas. Dalam perkembangan selanjutnya barulah ditambah dengan
berbagai instrumen lain sehingga terbentuk seperangkat Gamelan seperti yang
kita kenal saat ini.Dalam mitologi Jawa, Gamelan diciptakan oleh Sang Hyang
Guru pada Era Saka, Dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di
gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru
pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa, dan untuk pesan yang
lebih khusus Ia kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk
seperangkat Gamelan.
Sebagian besar alat musik Gamelan terdiri dari alat musik
perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh. Oleh sebab itu pada
waktu orang memainkan alat musik Gamelan biasanya disebut “NGGAMEL”. Nggamel
adalah bahasa Jawa yang berarti Memukul / Menabuh. Inilah sebenarnya asal usul
kata GAMELAN (Nggamel = Gamel ditambahan akhiran –an).
Tidak ada catatan resmi tentang kapan pertama kali Gamelan
dimainkan. Namun perkembangan musik Gamelan diperkirakan mulai ada sejak
kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu
tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan musik Gamelan tidak
luput dari pengaruh India, mengingat bahwa pada sekitar abad VII sampai dengan
abad XV, kebudayaan Jawa mendapat pengayaan unsur-unsur kebudayaan India.
Gambaran tentang alat musik ensembel (kumpulan yang terdiri
dari dua atau lebih alat musik yang dimainkan oleh sekelompok musisi) pertama
ditemukan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang berdiri sejak abad
ke-8. Alat musik yang ditemukan di relief candi tersebut misalnya suling bambu,
kendhang, kecapi, dan alat musik berdawai yang digesek dan dipetik.Selain di
Borobudur, relief yang berisi tentang alat musik Gamelan juga dapat ditemukan di
Candi Jago (Abad ke -13), Candi Panataran (Abad ke-14), Candi Kedaton ( Abad
ke-14), dan lain-lain.
Alat Musik Tradisional Bali
Gamelan Bali
Musik
tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah
lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik
tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam tehnik memainkan dan
gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon
menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki
keunikan, misalnya Gamelan Jegog, Gamelan Gong Gede, Gamelan Gambang, Gamelan
Selunding, dan Gamelan Semar Pegulingan. Adapula musik Angklung dimainkan untuk
upacara ngaben, serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara
lainnya.
Angklung
Terdapat
bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang
merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda, serta
Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik
Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat musik perkusi metal (metalofon),
gong, dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya,
musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh
atau saling mempengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik
tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok.
Tarian dan Musik Tradisional Dayak
Tari PEMUNG TAWAI (Dayak Kenyah)
Tari yang mengungkapkan bagaimana kita hidup dalam satu
lingkungan. Hidup dengan selalu bersatu hati, bersatu pikiran dan saling
menghargai satu dengan lainnya.
Tari IRUANG WUDRUNG (Dayak Ma’anyan)
Ditarikan oleh kelompok penari perempuan, yang disebut
“Wadian Dadas” bersama-sama dengan kelompok penari laki-laki, disebut “Wadian
Bawo”. Tarian ini biasanya dibawakan di berbagai upacara ritual orang Dayak
Ma’anyan, seperti upacara penyembuhan, pernikahan, penyambutan tamu dan tradisi
tahun baru (waktu panen pertama). Janur kelapa yang menjadi asesoris penari
digunakan sebagai symbol untuk mengusir roh-roh jahat yang akan mengganggu
jalannya upacara.
Tari ANYAMAN (Dayak Kenyah)
Tari yang menggambarkan tentang bagaimana kita hidup dalam
satu wilayah yang beraneka adat istiadat, budaya, etnis suku dan agama yang
berbeda-beda. Harapan kita, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu dan saling
terikat antara satu dengan yang lainnya. Maka kehidupan tersebut dilambangkan
dengan tarian anyaman. Dan burung Enggang sebagai pemersatu suku-suku Dayak.
Tari HUDOQ (Dayak Bahau-Busang)
Melambangkan turunnya para dewa dari kayangan, yang
mengetahui para petani di bumi sedang menanam padi. Tujuan mereka turun ke bumi
adalah untuk mengusir seluruh hama tanaman padi. O.k.i, tarian ini biasanya
dilakukan masyarakat Dayak Bahau-Busang setelah menanam padi.
Tari UOK BOTUNG (Dayak Paser)
“Uok Botung” adalah sebutan terhadap roh jahat berwujud
hantu yang berasal dari pohon bambo, yang mengganggu kehidupan warga setempat.
Lima kesatria yg merasa iba thd warga desa kmdn bertekad membunuh Uok Botung
namun gagal karena kalah kesaktian. Kmdn Dewa Bumi membantu lima kesatria tsb,
yg pada akhirnya mereka dapat menerbangkan mandau dan mengalahkan Uok Botung.
Tari MAHO DORAN KORY/Wanita Legendaris (Dayak Aoheng)
Perang tanding antara pangeran (tunangan sang puteri yg
cantik dan bijaksana) dengan pangeran lain yg ingin mendekati putri tsb. Salah
satu pangeran kalah dan kembali ke asalnya dan putri menerima pangeran gagah
berani yg menang dalam perkelahian tsb. (Maap niy, potonya ga ada, saya jg
heran..kok ga moto yaa, kayaknya saya pas lg asyik nyari cemilan deh..)
Tari KODE BURA (Dayak Paser)
Menceritakan ttg lahirnya Kode Bura atau kera putih. Dahulu,
kode bura adalah manusia biasa, yang membunuh dan memakan jantung seorang putri
sakti karena ingin memiliki kesaktiannya berupa bisa hidup di dua alam. Namun
alam menjadi murka dan mengutuk pemuda tersebut menjadi seekor kera putih.
Tari TINGGANG MORU/Enggang mandi (Dayak Aoheng)
Burung Enggang adalah burung cantik, anggun, peliharaan para
dewa dan menjadi lambang suku Dayak. Gerak terbang, loncat, hinggap,dan mandi
burung Enggang sangat mempesona shg dibuatlah tarian ini.
Tari BELIAN SENTIW/BAWO (Dayak Tunjung)
Belian adalah beberapa macam atau bagian dari cara
pengobatan orang Dayak, dimana dg Belian ini orang Dayak mengobati orang sakit.
Pengobatan dg cara meminta pada leluhur, para dewa, dan penguasa alam. Dalam
upacara itu, dukun belian diharapkan dpt menyembuhkan orang sakit.
Tari LONYAQ (Dayak Ahoeng)
Lonyaq adalah tokoh legenda, seorang pahlawan gagah berani
yg mempunyai kesaktian. Pemberantas kejahatan, pembela sukunya dan penakluk
suku-suku lain. Senjata dan saran perangnya dibuat dg kesaktiannya. Dia terbang
kemana-mana dg caping atau seraung sakti. Konon dia kebal thd senjata apapun,
dan sekali tebas mandaunya dpt membunuh ratusan orang. Setelah berperang,
Lonyaq kembali ke desa dan dielu-elukan masyarakat serta dipuja wanita.
Kesenian Jawa Timur
Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan
salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang
umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang
menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat
jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor dan kritik sosial, dan umumnya
dibuka dengan Tari Remo dan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat
dijumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya
semakin dikalahkan dengan modernisasi.
Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia
merupakan kesenian khas Ponorogo yang telah dipatenkan sejak tahun 2001,
reogkini juga menjadi icon kesenian Jawa Timur. Pementasan reog disertai dengan
jaran kepang (kuda lumping) yang disertai unsur-unsur gaib. Seni terkenal Jawa
Timur lainnya antara lain wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran, topeng dalang
di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman, kesenian Jawa Tengahan seperti
ketoprak dan wayang kulit cukup populer. Legenda terkenal dari Jawa Timur
antara lainDamarwulan, Angling Darma, dan Sarip Tambak-Oso.
Seni tari tradisional di Jawa Timur secara umum dapat
dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran, tarian Jawa gaya
Osing, dan trian gaya Madura. Seni tari klasik antara lain tari gambyong, tari
srimpi, tari bondan, dan kelana.
Musik Nuansa Minangkabau
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera
Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari
setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa
diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa
diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen
alat musik tradisional saluang, bansi,talempong, rabab, dan gandang tabuik.
Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang
(cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama
sijobang[13].
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari
daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan
struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan
dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi
merantau.
Industri musik di Sumatera Barat semakin berkembang dengan
munculnya seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam
musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatera
Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes
Gumarang.Elly Kasim, Tiar Ramon dan Yan Juned adalah penyanyi daerah Sumatera
Barat yang terkenal di era 1970-an hingga saat ini.
Perusahaan-perusahaan rekaman di Sumatera Barat antara lain:
Tanama Record, Planet Record, Pitunang Record, Sinar Padang Record,Caroline
Record yang terletak di kota Padang dan Minang Record, Gita Virma Record yang
terletak di kota Bukittinggi.
Saat ini para penyanyi, pencipta lagu, dan penata musik di
Sumatera Barat bernaung dibawah organisasi PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi
Pencipta lagu Penata musik Rekaman Indonesia) dan PARMI (Persatuan Artis Minang
Indonesia).
]Tarian tradisional
Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari
adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari
Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan
kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah
tari tradisi yang bersifat klasik, diantaranya Tari Pasambahan, Tari Piring,
Tari Payung dan Tari Indang. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas
etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang
disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran (acting) yang dikenal
dengan nama Randai[14].
Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk
Laggai. Tarian Turuk Langai ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan,
sehingga judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya
tari burung, tari monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya[15].
Atraksi yang sangat berbahaya tersebut biasa kita kenal
dengan sebutan Debus. Debus adalah salah satu jenis kesenian tradisional rakyat
Jawa Barat yang terdapat di daerah Pamempeuk, Kabupaten Garut. ini tercipta
kira-kira di abad ke 13 oleh seorang tokoh penyebar agama Islam, pada waktu itu
di daerah tersebut masih asing dan belum mengenal akan ajaran Islam secara
meluas. Tokoh penyebar agama Islam disebut Mama Ajengan.
Mama Ajengan berpikir dalam hatinya bagaimanakah caranya
untuk dapat menyebarluaskan atau mempopulerkan ajaran agama Islam karena pada
waktu itu sangat sulit sekali karena banyak kepercayaan-kepercayaan dan agama
lain yang di anut oleh masyarakat setempat. Sedangkan ajaran agama Islam pada
waktu itu masih belum dipahami dan di mengerti maknanya.
WAYANG KULIT
Mengenal kebudayaan Jawa tidak akan terlepas dari mengenal
seni tradisional wayang kulit yang masih digemari hingga sekarang. Sesuai
dengan namanya, wayang kulit terbuat dari kulit binatang (kerbau, lembu atau
kambing). Secara sejarah, wayang kulit terutama berkembang di Jawa dan di
sebelah timur semenanjung Malaysia seperti di Kelantan dan Terengganu. Wayang
kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek
lebih sering dimainkan di Jawa Barat.
Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia
lebih dari setengah milenium. Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait
dengan masuknya Islam Jawa. Salah satu anggota Wali Songo menciptakannya dengan
mengadopsi Wayang Beber yang berkembang pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi
itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa sehingga menjadi
media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam, sementara agama Islam melarang
bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana orang hanya bisa
melihat bayangan.
Bagaimana cara pertunjukan wayang kulit berlangsung?
Tempat pertunjukan wayang ditata dengan menggunakan konsep
pentas yang bersifat abstrak. Arena pentas terdiri dari layar berupa kain putih
dan sebagai sarana tehnis di bawahnya ditaruh batang pisang untuk menancapkan
wayang.
Ada seorang dalang yang memainkannya dan sekaligus menjadi
narator dialog tokoh-tokoh wayang, yang bisa dibilang sebagai penghibur
terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk, sang dalang
memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan orang-orangan
berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah sungging (ukir
kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan
guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh
musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa.
Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-orangan yang
sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat sang
dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan di layar
putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena setiap
pertunjukan wayang memakai lampu minyak sebagai pencahayaan yang membantu
pemantulan orang-orangan yang sedang dimainkan.
Sebuah pagelaran wayang semalam suntuk gaya Yogyakarta
dibagi dalam 3 babak yang memiliki 7 jejeran (adegan) dan 7 adegan perang.
Babak pertama, disebut pathet lasem, memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang
yang diiringi gending-gending pathet lasem. Pathet Sanga yang menjadi babak
kedua memiliki 2 jejeran dan 2 adegan perang, sementara Pathet Manura yang
menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3 adegan perang. Salah satu bagian
yang paling dinanti banyak orang pada setiap pagelaran wayang adalah gara-gara
yang menyajikan guyonan-guyonan khas Jawa.
Untuk mementaskan pertunjukan wayang kulit secara lengkap
dibutuhkan kurang lebih sebanyak 18 orang pendukung. Satu orang sebagai dalang,
2 orang sebagai waranggana, dan 15 orang sebagai penabuh gamelan merangkap wiraswara.
Rata-rata pertunjukan dalam satu malam adalah 7 sampai 8
jam, mulai dari jam 21.00 sampai jam 05.00 pagi. Bila dilakukan pada siang hari
pertunjukan biasanya dimulai dari jam 09.00 sampai dengan jam 16.00.
Narasi sang dalang akan diiringi oleh musik gamelan yang
dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden.
Wayang kulit dimainkan olah Ki Dalang di balik kelir, yaitu layar yang terbuat
dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu
minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar
dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita
wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang
yang bayangannya tampil di layar. Wayang biasanya mengambil cerita dari naskah
Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard)
tersebut. Ki dalang juga dapat memainkan lakon carangan (gubahan).
No comments :
Post a Comment